Artinya, kedua aliran ini sama-sama menekankan pada pemaksimalan potensi manusia dalam upaya menghadapi berbagai persoalan kehidupan sehari-hari.
Di samping itu, kesamaan ini didasarkan pada keyakinan pragmatisme bahwa akal manusia sangat aktif dan ingin selalu meneliti, tidak pasif dan tidak begitu saja menerima pandangan tertentu sebelum dibuktikan kebenarannnya secara empiris. (Sahdullah, 2013)
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa aliran progresivisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang menghendaki adanya perubahan secara cepat praktik pendidikan menuju ke arah yang positif.
Dengan kata lain, pendidikan harus mampu membawa perubahan pada diri peserta didik menjadi pribadi yang tangguh dan mampu menghadapi berbagai persolan serta dapat menyesuikan diri dengan kehidupan sosial di masyarakat.
Oleh karena itu, progresivisme sangat menghendaki adanya pemecahan masalah dalam proses pendidikan.
Dalam buku Philosofical Alternatives in Education, Gutek (1974:140) menyebutkan bahwa pendidikan progresif menekankan pada beberapa hal:
- Pendidikan progresif hendaknya memberikan kebebasan yang mendorong anak untuk berkembang dan tumbuh secara alami melalui kegiatan yang dapat menanamkan inisiatif, kreatifitas dan ekspresi diri anak;
- Segala jenis pengajaran hendaknya mengacu pada minat anak, yang dirangsang melalui kontak dengan dunia nyata;
- Pengajar progresif berperan sebagai pembimbing anak yang diarahkan sebagai pengendali kegiatan penelitian bukan sekedar melatih ataupun memberikan banyak tugas;
- Prestasi peserta didik diukur dari segi mental, fisik, moral dan juga perkembangan sosialnya;
- Dalam memenuhi kebutuhan anak dalam fase perkembangan dan pertumbuhannya mutlak diperlukan kerjasama antara guru, sekolah, rumah, dan keluarga anak tersebut;
- Sekolah progresif yang sesungguhnya berperan sebagai laboratorium yang berisi gagasan pendidikan inovatif dan latihan-latihan.
Dalam konteks ini, pendidikan harus lebih dipusatkan pada peserta didik, dibandingkan berpusat pada pendidik maupun bahan ajar.
Karena peserta didik merupakan subjek belajar yang dituntut untuk mampu menghadapi berbagai persoalan kehidupan di masa mendatang.