Apa yang Dibahas pada KTT Rusia-Turki-Iran? Simak Ulasannya di Bawah Ini!

- 21 Juli 2022, 05:53 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Iran Ebrahim Raisi, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu untuk pembicaraan di istana Saadabad di Teheran
Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Iran Ebrahim Raisi, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu untuk pembicaraan di istana Saadabad di Teheran /Euro News/

SUDUT CIAMIS - Putin bertemu dengan rekan-rekannya dari Turki dan Iran di Teheran pada hari Selasa 19 Juli 2022 seolah-olah untuk membahas Suriah, tetapi pembicaraan beralih ke pengiriman biji-bijian dan perang Ukraina.

Pada perjalanan luar negeri pertamanya di luar bekas Uni Soviet sejak invasi, presiden Rusia menerima dukungan untuk perang Ukraina, dengan Pemimpin Tertinggi Iran mengklaim NATO pada akhirnya akan memulai konflik.

Dia juga mendukung tujuan Putin di Ukraina, dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengatakan pada pertemuan puncak trilateral bahwa Barat menentang Rusia yang "independen dan kuat".

Khamenei menggemakan klaim masa lalu oleh Putin bahwa NATO - yang disebutnya "makhluk berbahaya" - pada akhirnya akan menyerang Rusia.

"NATO tidak akan mengenal batas jika jalannya terbuka untuk itu, dan jika tidak dihentikan di Ukraina, itu akan memulai perang yang sama dengan menggunakan Krimea sebagai alasan," katanya seperti dikutip di situs webnya setelah bertemu dengan Putin di Teheran. .

Pemimpin Tertinggi Iran yang sudah lanjut usia mengatakan perang adalah "masalah kekerasan dan sulit", menambahkan bahwa "Republik Islam sama sekali tidak senang bahwa warga sipil terjebak di dalamnya."

Baca Juga: Setelah Tuduhan Intimidasi, Kim Garam di Depak Oleh Le Sserafim

Namun, dia melanjutkan: "Mengenai Ukraina, jika Anda [Rusia] tidak mengambil inisiatif, pihak lain akan mengambil inisiatif dan menyebabkan perang,"

Putin juga bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Teheran untuk membahas proposal yang didukung PBB untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina guna meredakan krisis pangan global.

Halaman:

Editor: Aan Diana

Sumber: EuroNews


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x