Prof Zubairi Tanggapi Legalisasi Isu Ganja Untuk Medis: Ganja Bisa Jadi Alternatif Tapi Bukan yang Terbaik

30 Juni 2022, 10:32 WIB
Profesor Zubairi Djoerban /Instagram @profesorzubairi

SUDUT CIAMIS - Bertepatan dengan Hari Anti Narkotika Nasional yaitu pada 26 Juni 2022 kemarin, seorang ibu dari Sleman, Yogyakarta bernama Santi gelar aksi damai di depan Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta.

Ia merupakan seorang ibu dari penderita Cerebral Palsy yang bernama Pika. Singkatnya, Pika sebelumnya lahir dengan normal namun mulai menunjukkan kelainan saat duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK).

Pika divonis mengidap Cerebral Palsy atau penyakit gangguan gerak.

Baca juga: Kenali 11 Metode Pembelajaran Ini Lengkap Dengan Kelebihan dan Kekurangannya

Aksi ini mengundang banyak perhatian masyarakat. Netizen pun ramai-ramai ajukan legalisasi ganja kepada pihak-pihak terkait melalui sosial media.

Hal ini pun sudah ditanggapi dan diberikan lampu hijau seperti salah satunya oleh Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin.

Seperti diketahui ia meminta agar MUI segera membuatkan fatwanya terkait legalisasi ganja untuk medis ini.

Baca juga: Ganja Untuk Medis Dapat Lampu Hijau, Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin: Saya Minta MUI Segera Buat Fatwanya

Di sisi lain, Kepala Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia yakni Professor Zubairi Djoerban mengatakan bahwa isu ini perlu riset lanjutan.

Ia mengatakan bahwa ganja untuk medis ini memang legal di beberapa negara, namun ganja hanya pilihan atau alternatif, namun bukan yang terbaik.

Ia juga mengatakan bahwa belum ada penyakit yang obat primernya adalah ganja.

"Apakah ada temuan kalau obat ganja lebih baik? Belum ada bukti obat ganja lebih baik, termasuk untuk nyeri kanker dan epilepsi. Namun ganja medis bisa menjadi pilihan atau alternatif, tapi bukan yang terbaik. Sebab, belum ada juga penyakit yang obat primernya adalah ganja," tulis prof Zubair.

Berkenaan dengan kasus anak yang mengidap Cerebral Palsy ini pun, ia menambahkan bahwa penggunaan ganja untuk medis yang memiliki kandungan tetrahydrocannabinol (THC) serta cannabidiol murni (CBD) ini memiliki manfaat yang masih rendah.

 

Baca juga: 'Glowing' dengan Menggunakan 'Skincare' Herbal Ala dr. Zaidul Akbar, Simak Ulasan Bahan-bahannya!

Sehingga ia pun menyarankan kepada para ahli untuk melakukan pembahasan khusus untuk menolong Ibu Santi.

"Studi penggunaan THC dan CBD pada cerebral palsy memang ada. Namun tingkat manfaatnya masih rendah. Sebab itu, saya usulkan, ada bahasan khusus untuk menolong buah hati dari Ibu Santi Warastuti oleh para ahli terkait," usulnya.

Di akhir cuitannya ia menuliskan, "Yang terang, setiap obat itu memiliki potensi efek samping, beberapa serius, termasuk ganja medis—yang harus diminimalkan. Ketepatan dosis ini krusial untuk menjaga kondisi pasien—sehingga mendapatkan efek obat yang dituju. Terima kasih."

Baca juga: Presiden Indonesia Joko Widodo Sampai di Ukraina, Disambut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy

Hal ini mengundang banyak respon warganet pastinya.

Ada yang menyatakan setuju ada juga yang menanggapinya bahwa cuitan Prof Zubair belum memberikan solusi.

Bagaimana menurut kalian? 

Baca juga: 51 Migran Ilegal Tewas Saat Berusaha Lintasi Perbatasan Amerika Serikat, Diduga Karena Cuaca Panas

Editor: Annisa Siti Nurhaliza

Sumber: Twitter @profzubairi

Tags

Terkini

Terpopuler