Inilah Kisah Transformasi Tajug Menjadi Pesantren Ortodoks di Ciamis

- 18 November 2023, 11:43 WIB
Gambar ilustrasi anak-anak Tatar Sunda yang sedang melakukan pengajian di Tajug, tangkapan layar dari situs Bandungmu.com
Gambar ilustrasi anak-anak Tatar Sunda yang sedang melakukan pengajian di Tajug, tangkapan layar dari situs Bandungmu.com /Kayan Manggala/

PR CIAMIS - Inilah kelanjutan catatan jilid tiga perjalanan Bang Sufi, salah seorang penulis kearifan lokal Galuh. Menurut Bang Sufi, ada benang merah sejarah di masa lalu yang masih bisa dirasakan hingga zaman milenial. Tan hana nguni tan hana mangke, tidak ada hari ini jika tidak ada hari kemarin. Ini ulasan sejarah Tajug hasil penelusuran Bang Sufi.

Seiring perjalanan sang waktu, sejarah Tajug yang sederhana terus berkembang hingga melahirkan bentuk baru bernama pesantren. Ini perluasan makna dari Tajug yang berfungsi untuk pendidikan Islam. Tajug mulai dibanjiri para santri atau pelajar yang mengaji, hingga kemudian orang memberi nama pesantren karena menjadi tempat pengajian santri.

Jumlah santri yang meningkat, akhirnya Tajug benar-benar berubah menjadi masjid besar untuk sholat dan pengajian sorogan. Sedangkan pengajian sistem kelas lahirlah madrasah, satu guru dengan banyak murid. Tajug maknanya pun menyempitkan hanya sebatas cikal bakal pesantren besar.

Baca Juga: Seriusan Rp5 Ribu Bisa Nge Gym? Ini 4 Tempat Fitness di Ciamis yang Murah Meriah

Seiring perjalanan sejarah pesantren yang masif berkembang di tanah Pasundan, akhirnya kata-kata Tajug hilang dan hanya dikenal oleh masyarakat perkampungan. Peradaban pesantren pun dimulai, pesantren tetap melaksanakan fungsi Tajug yakni menjadi basis pendidikan dan simbol perlawanan kepada penjajah.

Pesantren rintisan para penyebar Islam dari Kerajaan Cirebon dan Mataram berkembang di tanah Galuh. Puncaknya pada tahun 1800 M, ketika Belanda menerapkan sistem persekolahan, pesantren menjadi sekolahnya rakyat Galuh yang belajar Islam.

Pesantren pada periode pra kemerdekaan tidak ada yang menerapkan sistem sekolah modern. Semua pelajaran yang diajarkan hanya ilmu Islam, sedangkan ilmu umum dari Barat tidak diajarkan.

Baca Juga: Selain Kopi, Ini Oleh-oleh Khas Panawangan Ciamis yang Wajib Dicoba

Seorang peneliti Belanda, Karel S memberi nama pesantren yang anti pendidikan Belanda ini dengan sebutan pesantren tradisional. Ada nuansa mengejek karena Belanda memberi kesan pendidikan pesantren itu primitif, terbelakang dan kuno kalah dengan Belanda.

Halaman:

Editor: Kayan Manggala


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah