Baca Juga: Real Madrid Masih Menjadi Pemimpin Klub Top Eropa Bahkan Raja Dunia. Inidia Alasannya!
Pengadilan Jepang menolak petisi kerja paksa Korea, tetapi pada tahun 1993, kepala sekretaris kabinet Jepang, Yohei Kono, secara terbuka menawarkan "permintaan maaf dan penyesalan yang tulus" atas keterlibatan militer dalam perekrutan paksa wanita Korea untuk seks.
Dua tahun kemudian, Perdana Menteri Jepang Tomiichi Marayama mengakui penderitaan yang disebabkan oleh "pemerintahan kolonial dan agresi" Jepang dan membuat "permintaan maaf yang mendalam kepada semua orang yang, sebagai wanita penghibur masa perang, menderita luka emosional dan fisik yang tidak pernah bisa ditutup".
Dia juga membentuk dana dari kontribusi pribadi untuk memberikan kompensasi kepada para korban di Korea Selatan dan negara-negara Asia lainnya.***