Krisis ini semakin diperparah oleh tingkat kesuburan total yang mencapai 0,78 pada tahun 2022, yang jauh di bawah tingkat penggantian 2,1 yang diperlukan untuk menjaga populasi stabil.
Ketika ditanya alasannya tidak menikah, sekitar 33,7 persen anak muda Korea menyatakan tidak memiliki uang sebagai alasan utama. Sementara itu, 17,3 persen menganggap pernikahan bukanlah suatu keharusan, dan 11 persen merasa bahwa menjadi orang tua dan mengasuh anak merupakan hal yang memberatkan.
Baca Juga: Marc Klok Menjadi Pencetak Gol 995, Persib Mendekati Capaian Gol 1000 dalam Sejarah Liga Indonesia
Namun, terdapat pergeseran dalam pandangan anak muda terhadap pernikahan. Banyak yang lebih terbuka terhadap konsep kohabitasi atau tinggal bersama tanpa menikah, serta ada peningkatan dalam dukungan terhadap pernikahan internasional.
Semakin banyak juga yang merasa bahwa memiliki anak tidak perlu. Semua ini mencerminkan perubahan dalam pandangan pernikahan dan keluarga di kalangan anak muda Korea, yang dapat mempengaruhi dinamika sosial dan demografi negara ini.***