Awal Mula Krisis Kemanusiaan Etnis Rohingya di Myanmar: Minim Data Sensus Penduduk Penyebabnya?

- 26 Agustus 2022, 20:25 WIB
Genosida Myanmar ke Muslim Rohingya
Genosida Myanmar ke Muslim Rohingya /Aa.com.tr/

 

SUDUT CIAMIS - 25 Agustus menandai lima tahun sejak penumpasan oleh militer Myanmar memaksa lebih dari 700.000 Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine Myanmar ke negara tetangga Bangladesh. Saat ini, jumlah itu mencapai lebih dari satu juta.

Rohingya adalah kelompok etnis mayoritas Muslim yang telah tinggal di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha selama berabad-abad. Namun, Myanmar tidak mengakui mereka sebagai kelompok etnis resmi, menjadikan mereka komunitas tanpa kewarganegaraan terbesar yang teridentifikasi di dunia.

Menurut PBB, ada sekitar 600.000 Rohingya yang tersisa di negara bagian Rakhine, sementara hampir satu juta dari mereka berada di negara-negara tetangga, terutama Bangladesh. PBB menggambarkan Rohingya sebagai “minoritas paling teraniaya di dunia”.

Baca Juga: Hasil Putusan Sidang Kode Etik Ferdy Sambo. Terbukti Melanggar Hingga Diberhentikan? Simak Selengkapnya!

Pada tahun 1982, undang-undang kewarganegaraan mengecualikan Rohingya sebagai salah satu dari 135 kelompok etnis resmi di Myanmar dan melarang mereka dari kewarganegaraan, yang secara efektif membuat mereka tidak memiliki kewarganegaraan.

Akibatnya, keluarga Rohingya tidak mendapatkan hak dan perlindungan dasar, membuat mereka rentan terhadap eksploitasi, kekerasan berbasis seksual dan gender, dan pelecehan.

Menurut undang-undang kewarganegaraan, kewarganegaraan diberikan kepada individu yang tinggal di Myanmar, sebelumnya dikenal sebagai Burma, yang dapat melacak tempat tinggal keluarga mereka sebelum tahun 1823. Ini menciptakan kategori kewarganegaraan, tetapi Rohingya tidak disertakan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer Hari Ini 26 Agustus 2022: Pengeluaran yang Cukup Banyak Untuk Kesehatan Orang Terdekat

Nasionalis di Myanmar percaya bahwa Rohingya adalah orang Bengali yang bermigrasi ke Myanmar secara ilegal selama pemerintahan Inggris di anak benua India.

Halaman:

Editor: Annisa Siti Nurhaliza

Sumber: Aljazeera.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x