Aliran Filsafat Pendidikan: Perenialisme

- 30 Juni 2022, 20:54 WIB
Aliran Filsafat Pendidikan
Aliran Filsafat Pendidikan /

SUDUT CIAMIS - Dunia pendidikan barat modern mengenal dua aliran filsafat yang sangat membentuk metode pengajaran selama bertahun-tahun, atau bahkan berabad-abad.

Dua aliran tersebut adalah perenialisme dan esensialisme. Keduanya seringkali dianggap sebagai dua sistem yang serupa karena beberapa konsep yang ada di dua sistem tersebut.

Pertama, keduanya meyakini bahwa ada nilai-nilai mendasar yang seharusnya diajarkan dalam dunia pendidikan. Kedua, baik perenialisme dan esensialisme memiliki tujuan untuk pengembangan kualitas moral dan intelektual.

Baca juga: Aliran Kontemporer Filsafat Pendidikan Islam: Progresivisme

Bagi kedua sistem ini, murid dianggap serupa dan ketertarikan pribadi menjadi hal yang tidak perlu diperhatikan. Ketiga, peran guru sangat dominan di keduanya.

Perenialisme

Perenialisme sangat menekankan aspek nilai-nilai yang dianggap abadi sepanjang masa dan universal. Konsep ini ditunjukkan melalui arti etimologis dari perennial itu sendiri yang berarti “sepanjang masa” atau “abadi”.

Dengan begitu, Perenialisme sangat berpegang teguh pada nilai-nilai abadi yang mampu membentuk peradaban manusia.

Tokoh terkenal dari aliran perenialisme adalah Mortimer J. Adler. Menurut Adler, tujuan besar dari perenialisme adalah untuk membuat para siswa mengerti ide-ide besar dari terbentuknya peradaban Barat.

Baca juga: Aliran Kontemporer Filsafat Pendidikan Islam: Rekonstruksionisme

Kepercayaan besarnya adalah bahwa nilai-nilai tersebut dapat menjadi solusi bagi seluruh masalah di segala jaman. Pencarian akan kebenaran abadi yang konstan dan tidak berubah seperti apa yang dipercaya sebagai inti dari alam semesta.

Berawal dari kepercayaan akan nilai-nilai universal tersebut, Adler, menuangkan ide besarnya dalam buku berjudul Great Books of the Western World.

Buku ini berisi mulai dari konsep-konsep dasar yang diciptakan oleh manusia. Konsep itu seperti demokrasi, pendidikan, kebahagiaan, matematika, kebijaksanaan.

Selain itu, konsep dasar itu juga berupa karya-karya besar Barat seperti Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Immanuel Kant, dan beberapa nama besar lainnya.

Oleh sebab itu, perenialisme dikenal dengan jargon “standing on the shoulder of giants”.

Baca juga: Anak Masih Sulit Belajar? Kenalan Yuk Sama Konsep Belajar Cerdas

Melaui pembacaan dan analisa terhadap nilai-nilai universal yang ada di dalam konsep- konsep maupun karya-karya besar tersebut, perenilaisme lebih menekankan pada kemampuan berpikir teoritis, abstrak, kritis, dan imajinatif.

Sebuah konsep dari Plato mungkin bisa menggambarkan ide dari perenialisme ini.

Plato mengungakpan bahwa masyarakat ideal adalah masyarakat yang dipimpin oleh seorang filsuf. Dalam posisi ini Plato menyebutnya Filsuf Raja.

Konsep ini dibuat oleh Plato karena anggapan bahwa yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin adalah kemampuan berpikir teoritis, abstrak, kritis, dan imajinatif.***

Referensi:

Al-Nino, UKEssays. (November 2018). Differences between essentialism and perennialism. Retrieved from https://www.ukessays.com/essays/education/differences-between-essentialism-and-perennialism- education-essay.php?vref=1

 

 

 

 

 

Editor: Aan Diana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah