KONSEP MENJADI MANUSIA SUPER VERSI NIETZSCHE

- 27 Juni 2022, 12:49 WIB
Konsep Manusia Super Versi Nietzsche
Konsep Manusia Super Versi Nietzsche /

Kedua, adalah tentang mentalitas tuan. Mari membaca pernyataannya berikut ini, yang dimuat dalam Genealogi Moral: Manusia adalah hewan yang paling berani, mereka terbiasa dan tidak pernah menolak penderitaan. Bahkan lebih daripada itu, manusia menginginkannya, bahkan mencari penderitaan itu, meski tidak bermakna apa-apa sama sekali.

Mentalitas tuan semacam itu adalah moralitas yang ditawarkan Nietzsche sebagai kritiknya atas mentalitas budak (slave morality) yang terlalu dipenuhi kebaikan, simpati, dan empati. Nietzsche mengibaratkan mentalitas tuan itu ada pada para pahlawan yang terdapat dalam Mitologi Yunani, sementara mentalitas budak ada pada tradisi Kekristenan.  

Baca juga: Jadwal Siaran Langsung dan Link Live Streaming AFC CUP 2022: Bali United vs Visakha FC Sore Ini

Ketiga, Nietzsche menyerukan dalam Demikian Sabda Zarathustra tentang kematian Tuhan. Perkara kematian Tuhan ini menjadi semacam cara bagi Nietzsche untuk meyakinkan manusia tentang keberdikarian dirinya.

Namun “Tuhan” yang dimaksud Nietzsche, dapat ditafsirkan sebagai tidak melulu Tuhan yang ada dalam agama-agama, melainkan juga berbagai bentuk dogma dan berhala, seperti sains dan bahkan filsafat itu sendiri. “Kematian Tuhan” tidak bisa disempitkan sebagai pernyataan ateistik (seperti umumnya ditasirkan) melainkan lebih daripada itu, sebuah ajakan untuk menyingkirkan berbagai dogma dan berhala.  

Keempat, dalam bukunya yang berjudul Lahirnya Tragedi ia membandingkan dua cara dalam menjalani hidup, yaitu cara Apollonian atau Dyonisian. Apollonian berarti bertindak seperti Dewa Apollo, mengandalkan rasionalitas dan pencerahan.

Sementara Dyonisian berasal dari Dewa Dyonisus yang bertanggung jawab pada anggur dan pesta perayaan. Hiduplah dengan gaya Dyonisian, kata Nietzsche, agar hidup terasa gelegaknya. Manusia super adalah manusia yang hidup dengan gairah dan "mabuk"nya, bukan pada akal pikirannya yang seringkali kurang luwes dan malah membosankan. 

Baca Juga: Bupati Ciamis Terima Penghargaan dari PWI, Ketua PWI Ciamis: Hubungan Dengan Pemda Sangat Baik

Tentu saja ada sejumlah kritik terhadap konsepsinya terkait manusia super ini. Misalnya, Nietzsche sendiri sebelas tahun terakhir dalam hidupnya, mengalami kegilaan secara harfiah. Artinya, dapat diasumsikan ia gagal menjadi manusia super sebagaimana yang ia telah pikirkan (walau mungkin bisa jadi, kegilaan adalah bentuk paripurna?).

Kemudian, Nietzsche juga ditafsirkan terlampau arogan – yang oleh Franz Magnis Suseno dalam bukunya, Menalar Tuhan, disebut terlalu meremehkan iman. Tafsir tentang arogansi ini, di satu sisi, memang ada benarnya, misalnya jika kita menyimak tulisannya dalam bukunya, Ecce Homo/ Lihatlah Dia berikut ini: 

Halaman:

Editor: Aan Diana

Sumber: Kelas Isolasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah