Soeharto 'Kenangan Buruk' di Mata Xanana Gusmao, Indonesia Pernah Dikecam PBB Soal Timor Leste? Ini Sejarahnya

22 Juli 2022, 16:41 WIB
Ilustrasi sejarah pengintegrasian wilayah Timor Leste dan Indonesia yang berdarah-darah /Twitter @_TNIAL_

SUDUT CIAMIS - Dikutip Sudut Ciamis dari salah satu jurnal Universitas Riau tentang Sejarah Pembentukan Negara Republik Demokratik Timor Leste pada 22 Juli 2022 bahwa Timor Leste dan Indonesia nyatanya miliki sejarah kelam.

Sejak masuknya Timor Timur ke wilayah Indonesia yang membawa pergolakan bersenjata antara tahun 1974-1975, menyebabkan sejumlah korban tewas dalam rangka pengintegrasian wilayah tersebut.

Dari berbagai sumber mengenai jumlah korban, setidaknya ribuan orang tewas baik dari pihak Indonesia (TNI/Polri) maupun dari masyarakat Timor Timur sendiri.

Baca Juga: Jelang Liga 1 Lawan RANS Nusantara FC, Walikota Semarang Berikan Nasihat untuk PSIS: Jangan Sombong!

Jumlah korban tewas dalam peristiwa ini tidak dapat disebutkan jumlahnya secara pasti, mengingat kedua belah pihak akan menggunakan sisi ini untuk kepentingan politis masing-masing.

Meskipun demikian, peristiwa ini setidaknya mencerminkan bahwa pelanggaran HAM yang dilakukan oleh militer Indonesia semasa orde baru di Timor Timur tergolong sangat serius.

Pelanggaran HAM yang dilakukan militer Indonesia semasa Orde Baru semakin terlihat pada tanggal 12 November 1991 ketika aparat militer Indonesia melakukan penembakan membabi buta terhadap massa-demostran yang hendak memperingati tewasnya Sebastio Gomes (aktivis pro-kemerdekaan).

Baca Juga: Apa Hubungan Ivanna dengan Film Danur 2: Maddah Ya? Cek Penjelasannya Disini!

Dalam insiden ini yang kemudian terkenal dengan nama ”Insiden Santa Cruz” jumlah korban tewas tidak diketahui secara jelas.

Versi Komisi Penyelidik Nasional yang dibentuk pemerintah menyebut lebih dari 50 orang tewas, puluhan lainnya luka-luka.

Sedangkan versi masyarakat setempat dan jurnalis asing menyebut lebih dari 100 orang tewas dan puluhan lainnya menderita luka-luka.

Baca Juga: Baim Wong dan Paula Verhoeven Akan Adakan Pagelaran Citayem Fashion Week Berhadiah 100 Juta untuk Juara 1

Insiden tersebut membawa citra buruk Indonesia di mata internasional, terutama dalam kasus pelanggaran HAM yang dilakukan militer Indonesia di Timor Timur. (Arief Yulianto, 2002: 482).

Menurut dokumenter TV yang ditayangkan Historical Channel di New York pada bulan Juli 1999, 3.700 prajurit TNI dibunuh kelompok pro-kemerdekaan Timor Timur dalam kurun waktu 25 tahun.

Sementara itu, Mayjen TNI (Purn.) Theo Syafei, mantan Panglima Daerah Militer Udayana, mengatakan bahwa kira-kira 5.000 prajurit TNI dan 100.000 jiwa penduduk Timor Timur gugur selama operasi militer melawan Fretilin. The Jakarta Post, 8 september 1999. (Lela E. Madjiah, 2002: xvi)

Baca Juga: Ramai Dijodohkan Usai Beri Umroh Gratis untuk Nathalie, Ustadz Kasif Heer: Kami Hanya Hubungan Guru dan Murid

Data lainnya mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan militer Indonesia,misalnya, selama tahun 1998 terjadi peningkatan sebesar 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya 1997, yaitu dari 513 kasus menjadi 656 kasus.

Menurut DJOC (Diocesan Justice and Peace Commission), kategori pelanggaran HAM yang terbanyak adalah penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang 50%, penyiksaan dan perlakuan tidak wajar 25%, dan penghilangan secara paksa 10%. (Arief Yulianto, 2002: 483)***

Editor: Annisa Siti Nurhaliza

Sumber: Jurnal Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Riau

Tags

Terkini

Terpopuler