PR CIAMIS - Memasuki bulan suci Ramadhan, masyarakat muslim di Indonesia memiliki berbagai kebiasaan yang dilakukan untuk menyambutnya. Salah satunya adalah tradisi Merlawu yang sudah dilakukan secara turun-temurun.
Tradisi Merlawu yang berasal dari Desa Kertabumi, Ciamis, Jawa Barat, bukan sekadar ritual menyambut Ramadhan. Tradisi ini merupakan jendela budaya yang menyingkap sejarah panjang desa, sekaligus menjadi perekat silaturahmi dan penguat identitas masyarakatnya.
Dilansir dari Kemdikbud, akar tradisi Merlawu tertanam kuat dalam sejarah Kerajaan Galuh Kertabumi yang didirikan Prabu Dimuntur pada tahun 1585 M. Tradisi ini menjadi bentuk penghormatan kepada sang raja dan leluhur yang telah membangun desa.
Lebih dari sekadar penghormatan, Merlawu memiliki makna spiritual dan sosial yang mendalam. Tradisi ini menjadi momen refleksi dan pembersihan diri menjelang bulan Ramadhan. Masyarakat berziarah ke makam leluhur untuk memanjatkan doa dan memohon ampunan.
Di sisi sosial, Merlawu menjadi ajang silaturahmi dan perekat hubungan antar warga. Tradisi ini menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan, serta memperkuat nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong.
Rangkaian Acara Tradisi Merlawu
Tradisi Merlawu biasanya berlangsung selama tiga hari. Rangkaian acaranya meliputi:
Baca Juga: Terakhir Sebelum Ramadhan! Ini Jadwal BRI Liga 1 Pekan ke 28, Bertabur Super Big Match?
Hari Pertama:
Ngabedah: Masyarakat membersihkan makam Prabu Dimuntur dan leluhur.